Jumat, 17 Oktober 2014

Tarikh Miladiah atau Kalender Masehi


Tarikh atau penanggalan sangatlah penting adanya dalam kehidupan masyarakat. Tanpa adanya penanggalan masyarakat akan kesulitan untuk mengingat atau menandai suatu peristiwa dan juga kesulitan untuk memperingati suatu peristiwa. Coba kita bayangkan apabila sampai saat ini belum ditemukan sebuah system penanggalan, pastilah akan sulit bagi kita untuk merencanakan pengadaan suatu acara, itu sangatlah sulit bahkan untuk dibayangkan, ketika kita akan membuat suatu undangan apa yang akan kita tulis untuk menandai waktu pelaksanaan acaranya.
Tarikh Miladiah atau Kalender masehi biasanya disebut juga dengan sebutan The Messianic (kalender keristen).  Penggunaan istilah masehi bagi tarikh miladiah dipopulerkan oleh missionaris Kristen. Kata masehi merupakan sebuah julukan bagi pengikut keristen, jamaknya Masihiyyun.
Dasar perhitungan kalender masehi berdasarkan peredaran matahari semu, yang dimulai matahari berada pada titik aries (buruj Haml) hingga kembali ke titik semula. Tarikh Miladiah atau kalender masehi sudah digunakan jauh sebelum dilahirkannya Nabi Isa AS yakni diciptakan dan diproklamirkan pertama kali oleh Numa Pompilus pada tahun berdirinya kerajaan Roma tahun 753 SM. Dengan menetapkan panjang satu tahun adalah 366 hari. Pada saat itu bulan yang pertama adalah bulan Maret, karena posisi matahari di titik aries itu terjadi pada bulan maret bulan yang kedua april dan kemudian yang terakhir adalah February.
Baru kemudian pada tahun 46 SM, ketika bulan Juli menurut penanggalan Numa, akan tetapi posisi matahari masih berada pada posisi bulan Maret, oleh karenanya atas saran dari ahli astronomi dari Iskandaria yang bernama Sosigenes oleh Yulian Caesar yang menjabat sebagai penguasa Romawi penanggalan Numa tersebut diubah dan disesuaikan dengan posisi matahari yang sebenarnya, yaitu dengan penanggalan yang sedang berjalan sebanyak 90 hari dan menetapkan pedoman baru bahwa satu tahun adalah 365,25 hari. Dengan demikian ditetapkan pula bahwa dalam 4 tahun terdapat tiga tahun pendek (tahun bashitoh) berumur 365 hari dan satu tahun panjang (tahun kabisat) berumur 366 hari, yang mana apabila bilangan tahun tidak habis dibagi dengan empat maka dinamakan tahun bashitoh, begitu juga sebaliknya. Selisih hari ini diberikan pada bulan yang terakhir, yang mana pada masa itu bulan yang terakhir adalah bulan februari. Penanggalan koreksi ini yang kemudian dikenal dengan penanggalan yulias atau kalender yulian.
Perlu diketahui dalam kalender Yulian ini untuk bulan Januari, Maret, Mei, Juli, September, dan Nopember ditetapkan 31 hari; sedangkan pada bulan April, Juni, Agustus, Oktober, dan Desember masing-masing 30 hari. Khusus bulan February pada tahun Bashitoh 29 hari dan 30 hari pada tahun Kabisat.
Penanggalan yang dimulai dengan January dan diakhiri dengan bulan dsember ini berawal ketika diadakan sidang Dewan Gereja yang pertama kalinya. System ini yang kemudian dikenal dengan nama system Yustinian.
Terjadinya pergantian dari kalender Julian ke kalender Gregorian desebabkan oleh adanya selisih panjang satu tahun kalender Julian dengan panjang rata-rata tahun tropis (tropical year). Yang mana panjang satu tahun kalender Julian adalah 365,2500 hari. Sementara panjang rata-rata tahun tropis adalah 365,2422. Berarti dalam satu tahun terdapat selisih 0,0078 hari atau hanya sekitar 11 menit. Namun selisih ini akan menjadi satu hari dalam jangka waktu 128 tahun. Jadi dalam ratusan atau ribuan tahun, selisih ini akan menjadi sangat besar hingga beberapa hari. Jika dihitung dari tahu 325 M (saat Konsili Nicaea musim semi atau Verna kuinoks jatuh pada 21 maret) sampai dengan tahun 1582, terdapat selisih sebanyak (1582-325) X 0,0078 hari = 9,8 hari atau hampir sama dengan 10 hari. Hal ini dibuktikan dengan musim semi pada tahun 1582, dimana vernal ekuinoks jatuh pada tanggal 11 maret, bukan sekitar tanggal 21 maret seperti biasanya. Hal ini yang kemudian menarik perhatian paus Gregorian XIII yang kemudian mengumpulkan para ahli astronomi untuk melakukan perhitungan ulang yang menghasilkan perhitungan kalender baru versi Gregorian sebagai koreksi kalender Yulian yang berlaku sejak era Yulius Caesar. Waktu itu Kamis sore tanggal 4 Oktober 1582, paus Gregorian memerintahkan kepada segenap penduduk Roma supaya Keesokan harinya (hari jum’at), saat mereka terbangun dari tidur mereka harus menadari bahwa saat itu sudah tanggal 15 Oktober 1582 bukan lagi 5 Oktober 1582 dan di tetapkan bahwa peredaran matahari semu dalam satu tahun adalah 365,2425 hari, sehingga ada ketentuan baru yaitu jika bilangan suatu tahun habis dibagi 4 akan tetapi tidak habis dibagi 100, maka termasuk tahun kabisat. Jika habis dibagi 100 tapi tidak habis dibagi 400 maka bukan tahun kabisat. Dan jika habis dibagi 400 maka termasuk tahun kabisat. Serta ditetapkan pula bahwa kelahiran Isa al-Masih dijadikan sebagai tahun pertama.
Dalam kalender Gregorian, panjang rata-rata satu tahun adalah 365,2425 hari yang hampir sama dengan panjang satu tahun tropis sebesar 365,2422. Selisihnya dalam satu tahu adalah 0,0003 hari atau sekitar 25,29 detik. Dengan demikian maka akan terjadi selisih satu hari dalam kurun waktu 3333,3333 tahun lamanya. Selisih waktu tersebut apabila di sesuaikan dengan kalender Miladiah maka akan jatuh pada tahun 3334 miladiah yang akan datang.
Dalam kalender Gregorian setiap 4 tahun merupakan satu siklus (1461 hari). Setiap tahun ada 12 bulan yang di mulai dari January, February, Maret, April Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, Nopember, Desember. Pada bulan januari, maret, mei, juli, agustus, oktober, dan desember masing-masing berumur 31 hari, sedangkan yang lainnya berumur 30 hari, kecuali bulan February yang memiliki umur 28 hari pada tahun bashitoh dan 29 hari pada tahun kabisat.
Demikian sedikit pemaparan yang dapat kami sampaikan dari keterbatasan pengetahuan kami, kritik dan saran untuk meluruskan tulisan ini sangat kami nantikan J
Daftar Bacaan
Ahmad Maimun, Ilmu Falak Teori dan Praktik, Kudus 2011
Drs. A. Kadir, M.H, Cara Mutakhir Menentukan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah (Fatwa Publishing: Semarang. 2014)

Dr. Eng. Rinto Anugraha, M.Si., Mekanika Benda Langit, (Gajah Mada University Press: Jogjakarta. 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts