Kamis, 20 November 2014

ASTRONOMI BOLA

PENGERTIAN DASAR
ILMU UKUR SEGITIGA BOLA

1. Definisi Dasar
Sebelum dibahas lebih lanjut tentang ilmu ukur segitiga bola, terlebih dahulu akan disajikan definisi dasar segitiga bola.
Definisi 1
 Perpotongan antara sebuah bidang datar dengan permukaan bola berupa lingkaran.
 Apabila bidang datar tersebut melalui pusat bola, maka lingkarannya disebut lingkaran besar
 Apabila bidang datarnya tidak melalui posat bola maka lingkarannya disebut lingkaran kecil.
 Panjang busur lingkaran besar sama dengan sudut pada pusat bola yang menghadap busur tersebut.
Apa yang disebut dengan Astronomi Bola?
􀂇 Dalam pandangan mata, benda langit yang bertaburan di langit seolah melekat pada suatu setengah bola raksasaBola Langit
􀂇 Posisi suatu benda langit dinyatakan dengan arah, bukan jarak perlu suatu tata koordinat , koordinat 2 dimensi pada permukaan bola
􀂇 diperlukan ilmu yang mempelajari posisi benda Langit
Geometri Bola dan Geometri Bidang Datar
Bidang Datar
􀂇 Bila 2 garis tegak lurus garis ke 3, maka ke-2 garis tersebut sejajar
􀂇 Bila 2 garis tak sejajar, maka ke-2 garis itu akan memotong di satu titik
Bidang Bola
􀂇 Bila 2 garis tegak lurus garis ke 3, maka ke 2 garis tersebut belum tentu sejajar
􀂇 Bila 2 garis tak sejajar, maka ke-2 garis itu belum tentu memotong di satu titik
Geometri Bola dibentuk oleh: lingkaran besar, lingkaran kecil, dan sudut-sudut bola
􀂇 Lingkaran besar: Lingkaran pada permukaan bola yang pusatnya berimpit dengan pusat bola membagi bola menjadi 2 bagian sama besar
􀂇 Lingkaran kecil: Lingkaran pada permukaan bola, tetapi pusatnya tidak berimpit dengan pusat bola
􀂇 Titik potong garis tengah yang tegak lurus bidang lingkaran besar dengan bola disebut kutub
􀂇 Bila 2 lingkaran besar berpotongan, maka sudut perpotongannya disebut sudut bola




Geometri Bola
􀂇 Sudut bola adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan 2 lingkaran besar.
􀂇 Jika 3 buah lingkaran besar saling berpotongan satu dengan yang lainnya sehingga membentuk suatu bagian dengan 3 sudut, maka terbentuklah segitiga bola, yang mengikuti ketentuan sebagai berikut:
1. Jumlah 2 sudut bola selalu lebih besar dari sudut ke-3
2. Jumlah ketiga sudutnya selalu lebih besar dari 180°
3. Tiap sudut besarnya selalu kurang dari 180°

Lebih lengkap tentang ASTRONOMI BOLA Download aja Ebooknya GRATIS!!!
DOWNLOAD FILE
DOWNLOAD FILE
DOWNLOAD FILE

Selasa, 18 November 2014

ILMU FALAK DAN GERHANA BULAN

PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang.
Banyak sekali fenomena-fenomena diantariksa yang dapat kita amati dari Bumi, seperti komet, meteor, gerhana, okultasi, transit dan lain sebagainya, namun dari semuaitu yang  terpopuler dan lebih sering diamati adalah gerhana,apalagi gerhana Bulan, fenomena gerhana tersebut sering dijadikan sebuah moment tersendiri, khususnya bagi kita umat muslim, yaitu dengan melaksanakan sholat gerhana.
Di makalah ini, kami mencoba memberi wawasan mendalam tentang gerhana, khususnya gerhana Bbulan dan hal-hal yang berkaitan dengan gerhana Bulan tersebut.

 1.2. Rumusan Masalah.
·         Apa pengertian Gerhana Bulan ?
·         Bagaimana hadist yang berkaitan dengan Gerhana ?
·         Bagaimana proses terjadi gerhana Bulan dan berapa macam Gerhana Bulan itu ?
·         Bagaimana peran ilmu Falak dalam mendeteksi terjadinya Gerhana Bulan ?


BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Gerhana Bulan.
Gerhana merupakan persamaan kata eclipse (Inggris), atau  ekleipsis (Yunani). Dalam sehari-hari gerhana dipergunakan untuk mendeskripsikan keadaan atau kejadian dimana pada saat itu terjadi kesuraman sesaat, maka dari itu gerhana juga berkonotasikan makna tersebut.[1]
Gerhana Bulan mempunyai makna asli : memasuki.Berbeda dengan Gerhana Matahari yang mempunyai makna asli : menutupi. Dari makna tersebut, istilah yang digunakan jugaberbeda, untuk gerhana matahari disebut Kusuf sedang untuk gerhana Bulan disebut Khusuf.
Gerhana bulan yaitu Peristiwa alam dimana piringan bulan memasuki kerucut bayangan bumi. Gerhana Bulan hanya terjadi ketika Istiqbal (berhadapan),yaitu bujur astronomi Bulan berbeda 180 derajat dengan bujur astronomi matahari, sedangkan deklinasinya sama-sama 0 derajat atau hampir sama harganya walaupun tandanya berbeda.[2]Terjadi gerhana Bulan minimal 6 bulan sekali dalam satu tempat. Namun pada kenyataannya, siklus Gerhana Bulan ini lebih sedikit terjadi dibandingkan Gerhana Matahari,walaupun begitu, durasi Gerhana Bulan lebih lama, disebabkan wilayah bayangan Bumi yang dimasuki Bulan lebih luas dari pada piringan Bulan itu sendiri.
Sebenarnya istilah gerhana hanyadapat digunakan khusus untukperedaranBumi, Matahari dan Bulan.Sedangkan pada umumnya, istilah yang dipakai untuk menunjukkan peristiwa seperti gerhanaini adalah “Okultasi”.
Okultasi ialah fenomena alam ketika suatu objek benda langit ditutupi oleh objek lain yang lebih besar.[3] Maksud “lebih besar” disini ialah dalam perspektif pandangan yang terlihat, lebih tepatnya bisa diartikan sebagai obyek yang lebih dekat, karena obyek yang lebih dekat biasanya terlihat lebih besar dari pada obyek yang jaraknya lebih jauh dari Bumi.
Okultasi itu sama halnya dengan gerhana, hanya saja gerhana adalah istilah untuk peristiwa pada suatu orbit benda yang berkaitan, yaitu dikhususkan untuk aktivitas bulan-bumi-matahari, sedangkan okultasi adalah istilah untuk orbit yang tidak berkaitan, alias lebih umum.[4]
Beberapa contoh Okultasi dalam bidang astronomi adalah Okultasi Regulus oleh Venus pada tahun 1959. Cincin Uranus pernah mengokultasi sebuah bintang pada tahun 1977. Pluto mengokultasi bintang pada tahun 1988, 2002, dan 2006,  Okultasi Venus terhadapBulanpada Mei 2010 dan Okultasi Jupiter terhadapBulan pada Agustus 2012 yang bisa dilihat di Indonesia.
Peristiwa lain yang prinsipnya sama dengan gerhana ialah “Transit”,Transit adalah peristiwa melintasnya sebuah benda langit pada obyek lain dalam meridian yang sama. Arti lainnya adalah peristiwa melintasnya sebuah planet di depan piringan planet yang lebihbesardandapat diamati dari Bumi.[5] Transit merupakan peristiwa dimana sebuah benda langit yang dekat dengan Bumi tampak kecil melintasi piringan obyek jauh dari Bumi namun terlihat lebih besar, seperti transit Venus atau Merkurius ketika melintasi piringan Matahari.
Jadi secara sederhana perbedaan antara Okultasi dan Transit adalah ukuran obyek yang menutupiatau yang memasuki. Okultasi ukuran obyek yang menutupi lebih besar dari pada yang ditutupi, akan tetapi Transit ukuran obyek yang memasuki, lebih kecil dari pada obyek yang dimasuki.
2.2 Hadist yang berhubungandenganGerhana.
Hadist dari Aisyah r.a.
قال النبيّ صلّى اللّه عليه و سلّم : إنّ الشّمس و القمر أيتان من أ يات اللّه لا ينكسفان لموت أحدٍ ولالحياته فإذا رأيتموهما فادعوااللّه و صلّوا حتّى يكشف ما بكم (رواه البخارى)
“Matahari dan Bulan itu dua tanda bukti dari ayat-ayat Allah. Tidaklah keduanya terjadi gerhana karena matinya seseorang dan tidak pula karena hidupnya seseorang. Jika kamu melihat dua gerhana tersebut, maka berdoalah kamu pada Allah dan bersholatlah kamu hingga gerhana pulih kembali (HR Bukhori).”
فاذا رأيتموها فكبروا وادعواالله و صلوا وتصدقوا (رواه بخارى و مسلم)
“Apabila kamu melihatnya (gerhana) maka hendaklah kamu bertakbir, berdo’a kepada Allah, melaksanakan sholat, dan bersedekah (HR. Bukhori Muslim).” [6]
Dalam hadist pertama dijelaskan bahwa terjadinya gerhana tidak dikarenakan sebuah kematian atau kelahiran seseorang. Hadist ini diungkapkan Rosulullah ketika ada salah satu sahabat yang meninggal, pada waktu itu bertepatan terjadinya fenomena gerhana, sahabat-sahabat lain menganggap bahwa kedatangan gerhana tersebut adalah sebuah pertanda buruk yaitu kematian, sehingga baginda nabi Muhammad SAW menyanggah anggapan sahabat tersebut dengan bersabda sebuah hadist diatas.
Hadist kedua menunjukkan bahwa ketika terjadi gerhana disunnahkan solat gerhana,dan berdzikir pada Allah SWT. Hal ini ditunjukkan dengan jelas pada kata “Wa Sholluu” (Dan laksanakanlah solat kalian semua). Kata dalam hadist tersebut, menunjukkan sebuah perintah, namun tidak sebuah keharusan yang wajib,akantetapi hanya pada tingkat kesunnahan saja.
Sholat gerhana sebenarnya hanya  sebuah bentuk rasa syukur kita atas fenomena gerhana itu sendiri. Disunnahkan solat gerhana ketika seorang mukallaf mengetahui atas terjadinya gerhana yang telah berlangsung, walaupun tidak secara langsung melihatnya. Maksudnya ialah solat gerhana tetap disunnahkan meskipun gerhana itu tidak terlihat kasat mata, seperti gerhana bulan semu, gerhana yang tertutup mendung dan lain sebagainya.
2.3. Proses terjadinya Gerhana Bulan dan macam-macamnya.
Gerhana Bulan pasti terjadi ketika Bulan purnama atau Istiqbal atau Oposisi (berhadapan), akan tetapi tidak setiap Bulan purnama terjadi gerhana Bulan, hal ini dikarenakan orbit Bulan tidak sebidang dengan orbit Bumi, tetapi memotong orbit Bumi membentuk sudut sebesar 5 derajat, dari situlah akan muncul istilah “titik simpul”.[7] Proses terjadinya gerhana Bulan tidak luput dari pergerakan Matahari, Bumi dan Bulan, khususnya yaitu revolusi antara Bumi dan Bulan. Ketika Bulan berada pada posisi 12 derajat atau kurang dari titik simpul maka dimungkinkan akan terjadi gerhana Bulan.[8] Namun lebih perincinya yaitu ketika pusat bayangan Bumi terletak pada 10,9 derajat dari titik simpul. Ketika bayangan Bumi terletak pada 5,2 derajat dari titik simpul, maka dipastikan terjadi Gerhana Bulan Total, daerah 10,9 derajat ke Timur dan ke Barat titik simpul itulah dinamakan zona gerhana.[9]
Sedangkan titik simpul sendiri adalah titik perpotongan antara bidang peredaran lintasan Bumi dan Bulan, dalam kenyataannya terdapat dua titik simpul yang ada di garis edar keduanya, lalu ketika dua titik itu diberi garis khayal, maka garis itu disebut dengan garis simpul,[10] garis ini tidak tetap,  namun selalu berputar seiring dengan berputarnya titik simpul dengan laju 19 derajat ke Barat dan Timur, dan kira-kira 18 tahun 11 hari kemudian, garis tersebut kembali pada posisi semula, maka ketika itulah terjadi gerhana yang mirip dari gerhana sebelumnya.
Gerhana Bulan tidak selalu gelap seluruhnya, tergantung gerak Bulan yang mendekati zona gerhana, oleh karenaitu Gerhana Bulan dapat dibagi 4 macam :
1.      Gerhana Bulan UmbraTotal yaitu ketika seluruh piringan Bulan masuk dalam bayangan umbra Bumi.
2.      Gerhana Bulan Umbra Sebagian yaitu ketika sebagian piringan Bulan masuk bayangan umbra Bumi.
3.      Gerhana Bulan Penumbra Total (Semu Total) yaitu ketika seluruh piringan Bulan masuk dalam bayangan penumbra Bumi.
4.      Gerhana Bulan Penumbra Sebagian (Semu Sebagian) yaitu ketika sebagian piringan Bulan masuk dalam bayangan penumbra Bumi.[11] ASTRONOM JAWA
Gerhana bulan semu ciri-cirinya sulit diketahui kecuali dengan teropong atau pengamatan yang lebih detail, karena itulah banyak orang yang tidak sadar terjadinya gerhana tersebut, sehingga sering tidak melaksanakan solat gerhana, namun sejatinya masih dianjurkan solat gerhana.
2.4. Peran Ilmu Falak dalam mendeteksiterjadinya Gerhana Bulan.
            Sebenarnya ilmu Falak mempunyai andil besar dalam mendeteksi kapan terjadinya gerhana. Untuk gerhana Bulan total dapat mendeteksi waktu terjadinya kontak pertama yaitu ketika piringan Bulan menyentuh masuk dalam bayangan Bumi, posisi inilah disebut waktu mulai gerhana. Lalu mengetahui kontak kedua ketika seluruh piringan Bulan masuk dalam bayangan Bumi, posisi ini dinamakan waktu mulai total, setelah itu mengetahui kontak ketiga saat piringan Bulan mulai menyentuh keluar dari bayanganBumi, posisi ini disebut waktu akhir total, sampai pada akhirnya mencapai kontak keempat saatseluruh piringan Bulan keluar dari bayangan Bumi, posisi ini dinamakan waktu akhir gerhana.
Untuk gerhana Bulan sebagian, dapat mendeteksi kontak pertama ketika piringan Bulan menyentuh masuk dalam bayangan Bumi, dan kontak kedua saat Bulan sudah keluar lagi dari bayangan Bumi. Jadi gerhana Bulan total terjadi 4 kali kontak, sedangkan dalam gerhana Bulan sebagian hanya terjadi 2 kali kontak saja. Dengan mengetahui kontak-kontak tersebut, maka dapat diketahui lama durasi terjadinya suatu gerhana Bulan.[12]
Tidak hanya itu, warna gerhana Bulan dapat diketahui juga, spesifikasinya tergantung dari seberapa besar nilai Apparent Latitude (Lintang Bulan) ketika terjadi Istiqbal (berhadapan / Purnama), rinciannya sebagai berikut :
·         0,000 o s/d 0,167 o     :Hitam Pekat             
·         0,167 o s/d 0,333 o     :Hitam Kehijauan      
·         0,333 o s/d 0,500 o      :Hitam Kemerahan  
·         0,500 o s/d 0,667 o      :Hitam Kekuningan  
·         0,667 os/d 0,833 o       :Kedebuan                
·         0,833 o s/d 1,000 o      :Kelabuan[13]
Metode-metode dalam menghisab gerhana Bulan juga dibagi 3 macam, sama seperti metode mencari awal bulan Qomariyyah.
1.      Hisab Taqribi
2.      Hisab Tahqiqi
3.      Hisab Kontemporer
Dalam mendeteksi gerhana, metode-metode di atas berbeda cara penyelesaian perhitungan satu dengan yang lainnya, menurut tingkat kesulitannya, hisabTaqribi adalah yang termudah, sedangkan hisab Tahqiqi menurut saya merupakan hisab yang tersulit. Hisab Kontemporer sendiri kesulitannya ditengah-tengah antara hisab Taqribi dan Tahqiqi, namun sejauh ini, hisab Kontemporer dipercaya sebagai hisab terakurat dari yang lainnya.
Hisab Taqribi dikatakan mudah sebab perhitungannya relative simple serta system operasinya hanya menggunakan tambah, kurang, kali dan bagi saja, selebihnya menggunakan beberapa tabel yang telah disediakan. Sedangkan hisab Tahqiqi dikatakan tersulit sebab perhitungannya panjang dan rumit, disamping menggunakan rumus sistem sin, cos, tan, dalam hisab ini menggunakan beberapa table juga, apalagi dalam mencari pertengahan gerhana sekaligus menyetarakan perbandingan antara bujur Bulan dan Matahari, harus mengulang setidaknya 3 kali perhitungan berturut-turut.  Jika hisab Tahqiqi menggunakan system serumit itu, maka hisab Kontemporer tidak demikian, data-data dari ephemeris, adalah data-data yang sudah jadi, dan itu tinggal kita eksekusi dalam rumus-rumus yang telah ada. Namun dengan metode apa pun itu, kita harus melewati perhitungan untuk mendeteksi kemungkinan gerhana terlebih dahulu.
Kemungkinan gerhana terjadi ketika hasil penjumlahan data tahun majmu’ah, mabsuthoh dan data bulan : 00o s/d 12 o atau 168o s/d 192o atau 348o s/d 360o. Selain itu maka tidak mungkin terjadi gerhana.[14]
Arah mulai gerhana dapat diketahui dari macam gerhana dan Apparent Latitude, spesifikasinya sebagai berikut :
·         Jika kategori gerhana adalah gerhana Bulan Umbra Total, maka mulai gerhana dari timur, dan mulai bersinar juga dari timur. Karena Bulan mengitari Bumi dari barat ke timur.
·         Jika kategori gerhana adalah gerhana Bulan Umbra Sebagian, maka ada 2 kemungkinan, yaitu jika Apparent Latitude positif, maka mulai gerhana dari selatan tenggara. Jika Apparent Latitude negatif, maka mulai gerhana dari utara timur laut.[15]
Tak luput dari semuaitu, Ukuran gerhana Bulan, jenis / macam gerhana Bulan, juga dapat diketahui dari hasil perhitungan tersebut, sesuai dengan metode perhitungan yang dipakai. Rata-rata ukuran gerhana Bulan total adalah 12 usbu’, usbu’ sendiri sebenarnya merupakan rangkaian bilangan dengan huruf jumali, alif = 1, shod = 90, ba’ = 2, ‘ain = 70 (1+90+2+70 = 163 atau 2’ 43”), maka 12 usbu’ artinya 12 x 2’ 43” = 32’ 36” = harga rata-rata diameter bulan atau matahari.[16]
SELANJUTNYA>

BAB III
PENUTUP
3.1   Kesimpulan.
Ilmu Falak ternyata sangat penting dalam mendeteksi terjadinya gerhana Bulan, yaitu untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :
·         Hari dan tanggal terjadinya Gerhana Bulan.
·         Waktu mulai Gerhana Bulan.
·         Waktu mulai Total.
·         Waktu pertengahan Gerhana Bulan.
·         Waktu mulai Bersinar.
·         Waktu selesai Gerhana Bulan.
·         Lama Gerhana Bulan.
·         Jenis / macam Gerhana Bulan.
·         Arah mulai Gerhana Bulan.
·         Warna Gerhana Bulan.
·         Ukuran Gerhana Bulan. ( Inchi, Cm, Persen ). 
3.2   Kritik dan Saran.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi pembahasan, sudah pasti banyak kelemahan dan kekurangan.
Kami berharap, para pembaca dan pendengar dapat memberikan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah pada kesempatan-kesempatan berikutnya. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.


DAFTAR PUSTAKA
·         Hambali, Slamet, PengantarIlmuFalak, ( Banyuwangi : Bismillah Publisher, 2012)
·         Ahmad, Abu SyaifulMujab Noor, Risalah Nurul Anwar,( Kudus: Cetakan TBS)
·         Izzuddin, M.Ag, Dr. H. Ahmad,IlmuFalakPraktis, ( Semarang : PustakaRizqi Putra, 2012 )
·         Khazin,Muhyiddin,KamusIlmuFalak, ( Yogyakarta : Buana Pustaka,2005 )
·         Izzan, M.Ag, Drs. H. Ahmad,dkk,StudiIlmuFalak, ( Banten : PustakaAufa Media, 2013)
·         Khazin, Muhyiddin,IlmuFalakDalamTeoridanPraktik, (Yogyakarta : BuanaPustaka, cet IV)
·         Ahmad,AbuSyaifulMujab Noor,SyamsulHilalJuz 2,(Kudus : Cetakan TBS, 1995 )



[1]SlametHambali, PengantarIlmuFalak,( Banyuwangi : Bismillah Publisher, 2012), hlm 228.
[2]Abu SyaifulMujab Noor Ahmad, Risalah Nurul Anwar,( Kudus: Cetakan TBS), hlm 36.
[6] Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag, Ilmu Falak Praktis,( Semarang : Pustaka Rizqi Putra, 2012 ), hlm 115.
[7]Ibid, hlm 109.
[8]Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak ,( Yogyakarta : Buana Pustaka,2005 ),  hlm 45.
[9]  Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag,Opcit, hlm 110.
[10]Slamet Hambali, Opcit, hlm 230
[11]Drs. H. Ahmad Izzan, M.Ag dkk, Studi Ilmu Falak, ( Banten : Pustaka Aufa Media, 2013), hlm 176-177.
[12]Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik, (Yogyakarta :Buana Pustaka, cet IV), hlm 191-192.
[13] Abu Syaiful Mujab Noor Ahmad, Syamsul Hilal Juz 2,(Kudus : Cetakan TBS, 1995 ), hlm 7.
[14]Ibid,hlm 37.
[15]Ibid, hlm 41.
[16]MuhyiddinKhazin, KamusIlmuFalak,Opcit, hlm 89.

Popular Posts